Penerapan Protokol Kesehatan

Protokol Kesehatan di Sekolah saat new normal telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim.

Kemerdekaan Yang Hakiki

Kepala Sekolah SMP IT Muhammadiyah Bireuen

Selasa, 24 November 2020

GURU PELOPOR KEMAJUAN

 



#Guru pelopor kemajuan#


Sahabat-sahabat Guru di seluruh Indonesia, begitu pula di provinsi Aceh, wabil khusus di Bireuen.

Hari ini adalah, hari dimana seluruh negeri kita sedang memperingati Hari Guru Nasional.

Yang mana banyak dari jasa- jasa para guru yang telah berkiprah serta ikut andil dalam membangun peradaban, kemajuan teknologi, ekonomi, budaya, kepemimpinan, kemiliteran, pendidikan serta di bidang agama.

Yang semua itu, tidak mudah dicapai dengan begitu saja,

Bahkan sampai hari ini pun, jasa-jasa mereka masih dibutuhkan dan sampai kapan pun tidak pernah  padam. Karna ini adalah tugas mulia, tugas yang sangat berat, dibebankan pada pundak-pundak para guru, yang senantiasa menjaga lentera negri ini, agar tidak padam.

Wahai sahabat-sahabat guru,  tetaplah semangat dalam mengemban tugas mulia, pantang patah semangat, pantang putus asa, meskipun saat ini, masih banyak polemik, ketidak adilan, yang terjadi dikalangan para Guru.

Tapi, ingatlah, wahai sahabat-sahabat guru, kita  tidak hanya mengabdi pada Negara ini, akan tetapi kita juga mengabdi pada Ilahi Rabbi yang Insya Allah akan menghadiahkan kepada kita Surga, yang akan menghapus rasa letih dan capek kita selama mengemban amanah ini.

Karena Guru adalah kompas yang mengaktifkan magnet rasa ingin tahu, ilmu pengetahuan dan kebajikan murid-muridnya. 

Teruslah berkreatif, berinovasi dan memiliki dedikasi yang tinggi demi membangun masa depan bangsa Negri Ini.

Semoga sahabat-sahabat guru tetap semangat dan selalu dalam lindungan Allah SWT.


SELAMAT HARI GURU NASIONAL KE 75,

25 November 2020


Muhammad Hanif

Senin, 09 November 2020

Peringatan Hari Pahlawan Bukan Hanya Ajang Seremonian saja

 

Peringatan Hari Pahlawan Bukan Hanya Ajang Seremonian saja

Hari pahlawan diperingati setiap 10 November. Hal ini dilakukan sesuai dengan dengan ditetapkannya Surat Keputusan Presiden (Keppres) No.316 tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional oleh Presiden Sukarno. Mulanya, peringatan ini ditetapkan untuk menghormati para pahlawan yang gugur di medan pertempuran yang sangat besar dalam sejarah Indonesia yaitu pada 1945 di Surabaya. Gelar pahlawan ini bukan hanya disematkan untuk mereka yang hanya gugur dalam balutan seragam  prajurit saja, namun juga pada seluruh warga yang menjadi korban dalam pertempuran dashyat tersebut.

Pertempuran ini pecah setelah proklamasi pada 17 Agustus 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat tentang pegibaran Sang Saka Merah Putih di seluruh Indonesia. Pegibaran ini merupakan kabar gembira bagi masyarakat Indonesia setelah penantian yang banyak menyita waktu dan korban jiwa. Namun kebahagian yang dirasakan hanya sementara waktu saja. Hal ini terjadi karena pada September tahun yang sama juga, tentara Inggris yang tergabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) dan tentara  Netherlands Indies Civil Administration (NICA) kembeli memecahkan pertempuran sengit. Sebelumnya mereka bertugas melucuti tentara Jepang dan memulangkan mereka kepada negara asal, serta tugas ini juga diiringi niat mengembalikan Indonesia sebagai jajahan Belanda. 

Baca Juga : Peraturan Baris Berbaris SMPIT Muhammadiyah Bireuen

Seperti bom waktu yang pecah, masyarakat Indonesia dibuat geram dengan tindakan-tindakan ynag dilakukan oleh tentara, apalagi ketika berkibarnya bendera Belanda Di Hotel Yamato pada 18 September 1945. Peristiwa inilah yang memicu kemarahan masyarakat karena Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia sehingga pada esok harinya warna biru pada bendera Belanda disobek sehingga yang berkibar yaitu Bendera Merah Putih. Setelah peristiwa ini, suasana semakin memanas sehingga terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyak dan tentara Inggris. Bentrokan ini memuncak setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris di Jembatan Merah, Surabaya, Jawa Timur, dengan tembakan yang di duga dari seorang pemuda Indonesia sebut Ben Anderson, dalam bukunya Revoloesi Pemoeda.

Dengan terjadinya peristiwa ini, membuat komandan tentara suku mengeluarkan titahnya untuk semua laskar harus menyerahkan senjatannya, serta meminta orang yang membunuh Jenderal Mallaby untuk diserahkan. Bukannya patuh dengan perintah, masyarakat Indonesia memilih untuk menolak ultimatum tersebut. Pertempuran antar kedua pihakpun tak bisa dibendung lagi. Ratusan bahkan ribuan warga rela nyawanya melayang demi membela tanah air. Darah yang tumpah tak mereka hiraukan asalkan bumi tempat mereka pertama bernafas tidak menjadi hak milik orang lain. Keyakinan dan tekat kuat mereka yang telah gugur dapat kita rasakan hingga hari ini, negara yang damai, saling toleransi, penuh social, dan keberagaman suku dan budaya. Peringatan Hari Pahlawan sungguh disayangkan jika sebatas ajang seremonian semata tanpa mengaplikasikan teladan yang ditelah torehkan oleh pahlawan-pahlawan kita. 

Baca Juga : Kemerdekaan Yang Hakiki

Setiap tahun kita diingatkan dengan hal yang sama, sedangkan kita lupa bagaimana caranya menghargai perjuangan para pejuang terdahulu. Semua bisa menjadi pahlawan, di era zaman sekarang. Memang kita tidak membutuhkan tumpahan darah untuk memerdekakan negara, namun yang dapat kita lakukan adalah perubahan kecil dari diri sendiri yang akan bermanfaat bagi orang lain. Salah satunya yaitu dengan cara meningkatkan prestasi dalam kehidupan dengan cara yang adil, jujur dan pantas sesuai kemampuan sehingga bermanfaat pada bidang masing-masing. Dari hal kecil yang dilakukan sejak dini bisa menunjukan jati diri ketika akan turun ke masyarakat dan membangun negeri ini menjadi lebih pesat dan maju serta berkembang mengikuti zaman tanpa menindas suatu kaum atau rakyat. 

Maka dari itu, peringatan Hari Pahlawan sebaiknya menjadi ajang yang sempurna untuk dikenang dan dilaksanakannya kegiatan disetiap daerah yang berbeda. Dengan tujuan yang sama yaitu mengenang jasa pahlawan dan memperkenalkan sejarah terdahulu pada generasi muda.


Nurul Izzati, 

Minggu, 08 November 2020

Belajar, Bermain dan Berpetualang Wujudkan Keharmonisan Bersama






Bireuen 
- Sekolah Menegah Pertama IT Muhamadiyah Bireuen kembali melakukan perjalanan sekolah alam. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap bulannya, dengan tujuan untuk mempererat silaturahmi antar sesama siswa dan dewan guru. kegiatan ini juga merupakan suatu edukasi yang diberlakukan untuk perkembangan pengetahuan para siswa. Sekolah alam yang dilakukan pada Kamis, 22 Oktober 2020 ini mengusung tema “Belajar, Bermain, dan Berpetualang”. 

Sekolah alam ini diikuti kurang lebih 70 siswa dari tiga kelas dan 10 dewan guru, yang bertepat di Air Terjun Rayap, Aceh Utara. Banyak hal yang dilakukan selama perjalanan, meski menempuh perjalanan yang lumayan jauh, tidak ada satu pun dari mereka yang merasa terbebani dan lelah dengan kegiatan ini. Muhammad Hanif, S.Pdi mengatakan kegiatan ini rutin dilakukan dan dilaksanakan setiap bulannya, dengan tujuan yang berbeda-beda. Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini dilakukan bukan hanya saja untuk mengunjungi tempat wisata dan bermain semata namun juga bisa dijadikan pendidikan bagi anak-anak. “Bukan hanya jalan-jalan saja, mereka juga diwajibkan untuk menyetor hafalan Al-Quran serta pocket baik dalam Bahasa Inggris mapun Bahasa Arab.” tegas Hanif. 

Dian Islami, S.Si. selaku ketua pelaksana kegiatan ini juga mengungkapkan bahwa sekolah alam ini sangat penting untuk dilakukan, bukan hanya untuk pembelajaran namun juga sebagai hiburan untuk anak-anak dalam mengatasi kejenuhan selama di asrama. “Bukan hanya itu saja namun berpetualang seperti ini juga akan menanamkan rasa bersyukur atas segala karuniaNya yang dapat kita rasakan,” tambahnya kembali. Air Terjun Rayap menjadi pilihan kali ini dikarenakan masih sangat asri dan terjaga keanekaragamannya. Rangkaian berpetualang ini dilaksanakan dengan mengikuti protocol kesehatan dan selalu membimbing siswa agar tetap menjaga keasrian tempat tersebut.